Tuesday, November 18, 2014

Beauty and the Beast

Dari dulu gua tertarik dengan cerita-cerita Nazi dan gerakan antisemitnya. Bukan dalam pandangan politis tapi lebih ke cerita humanis. Dulu gua sampai bela-belain nyari buku Diary of Anne Frank (yang sekarang entah di mana), terus film-film semacam Schlinder's List selalu membuat gua terharu. Apalagi film Life is Beautiful sukses membuat gua nangis. Membayangkan betapa sedihnya dan sakitnya para tahanan tersebut akan tetapi juga betapa kuat dan tabah dan masih mampu mencintai dan melindungi orang yang mereka kasihi selalu membuat gua sesak.

Oleh karena itu sudah pasti gua gak akan melepaskan kesempatan mengunjungi Sachsenhausen Concentration Camp. Sebuah kamp konsentrasi Nazi yang cukup luas dan penting di jamannya. Letaknya gak persis di Berlin tapi sebuah kota kecil yaitu Oranienburg, sekitar 35 km di utara kota Berlin.

Para tahanan wajib melakukan Sachsenhausen salute yaitu squat jump dengan kedua tangan terentang ke depan. Sekitar 30.000 tahanan (ada sumber yang menulis 100.000) meninggal di sini. Ada yang karena kelaparan, sakit penyakit hingga penyiksaan berlatar percobaan medis baik operasi eksperimental hingga percobaan gas beracun yang dinamakan gas mustard. Gas ini akan menimbulkan luka bakar yang menyakitkan di paru-paru dan kulit apabila terkena.


 

Cerita tentang gas chamber
Meja otopsi, persis benar dengan meja saat gua co-ass, tentu dengan beda tujuan

Morgue
Nazi waktu itu juga mengajak para ilmuwan dan para donatur untuk menyumbang percobaan dan akhirnya prosedur sterilisasi paksa dan kastrasi pada remaja dan dewasa muda dengan alasan mereka tidak layak punya anak berasarkan ras, sosial dan biologis. Tentunya bagi mereka yang layak untuk prokreasi adalah ras Jerman saja.

 


Contoh kasus yang disterilisasi paksa
Playing God
Ada juga yang dites untuk menentukan rasnya sehingga dapat ditentukan nasibnya kemudian.
Diperiksa apakah merupakan keturunan Gypsi (salah satu minoritas yang harus dimusnahkan)

Medical block

Salah satu menara penjaga
Seperti yang gua tulis di fb, travelling tidak sekedar mencari beautiful sights tapi juga melihat dan mencari tahu sekelumit sejarah (kekelaman) di mana bisa terjadi kegilaan dan kekejaman massal.

Sebagai tambahan, kita ke sini itu masih dalam rangka strike jadi begitu sampai stasiun Oranienburg, kita naik taxi ke sini. Karena ngelihat banyak antrian taxi dekat pintu masuk kita lega karena artinya pulangnya nanti gampang. Eh, tak tahunya pas pulang semua antrian itu lagi menunggu penumpang masing-masing alias harusnya kita suruh taxi kita nunggu juga hiks.. 

Hubby mengusulkan kita jalan kaki saja balik ke stasiun yang letaknya jauuuuh, entah beberapa kilometer yang mikirinnya udah bikin gua mau nangis. Kaki juga masih sakit akibat sehari sebelumnya jalan 16 kilometer (menurut pedometer samsung gua). Habis itu gua bilang mau nebeng aja sama orang-orang yang bawa mobil. Hubby mengira gua bercanda dan dia jalan ke coffee shop untuk cari tahu info public transportation terdekat atau bisa gak pesen taxi di sana.

Posisi kita keluar memang dilewati oleh mobil-mobil yang keluar dari parking lot. Mobil pertama yang lewat langsung gua stop. Isinya suami istri lansia yang kelihatan kaget. Gua ajak ngomong Inggris, mereka jawabnya bahasa Jerman.. hiks hiks.. gak jadi deh. Gak berapa lama mobil kedua isinya dua wanita lansia, agak hopeless apakah mereka bisa bahasa Inggris atau tidak gua nekad aja stopin mobil mereka sambil melambai-lambai dengan heboh.

Begitu berhenti, gua pasang muka memelas sambil menjelaskan situasi kami, eh dua oma ini bener-bener malaikat habis lho. Langsung si pengemudi meloncat turun, bersihin bangku belakang mobil mini mereka yang penuh dengan coat, tumpukan groceries dan entah apa lagi. Gua gak sia-siakan kesempatan langsung teriakin hubby dan hampir menyeretnya naik karena hubby tampak kaget dan segan. Mereka tanya apakah kereta api yang bakal membawa kami ke Berlin jamnya sudah deket yang langsung gua bilang iya (which is somehow true tapi sebenarnya kereta itu akan datang tiap 20-30 menit). 

Si Oma pengemudi pasang gps Tom-tomnya tapi sayangnya stasiun kereta api gak ada di sistem pencarian, akhirnya entah dia masukin apa dan kita ngebut ke sana. Baru di atas mobil gua merasa gak enak hati sama mereka karena mereka ternyata bukan dari kota tersebut juga. Eh tahunya si oma baik hati banget. Dia bilang, "God must have sent you from heaven because now we have opportunity to go to city", soalnya kan camp ini letaknya di pinggiran kota Oranienburg. Sembari jalan, kita cerita-cerita tentang camp yang baru kita kunjungi.

Tahu gak setelah 15 menit ngebut yang mana gua udah curiga aja kok rasanya arahnya beda dengan arah kita datang tadi, ternyata kita diarahkan ke cemetary!! Untungnya mereka punya sense of humor yang tinggi dan kita malah jadi ngakak-ngakak. Mereka terus bilang, "Don't worry, we'll take you there on time".  Lanjut ke GPS ngaconya kita masih putar-putar dan tiba-tiba gua lihat ada bus dari arah berlawanan yang tulisannya hauptbahnhof alias stasiun!! Senang tak terkira kita langsung minta turun tapi sayangnya busnya keburu jalan. Kita disuruh naik lagi dan si oma muter balik, tancap gas sekuat-kuatnya dan berhasil nyusul si bus di halte berikut. Seperti di film-film, si oma bener-bener menghadang bus tersebut menyilang dan dia turun untuk tanya ke supir. 

Begitu tahu arahnya bener kita say thank you very much pada dua oma dan pindah ke bus yang sudah disambut senyum sama drivernya. Tumbenan biasa orang di Jerman disiplin dan tidak murah senyum. Mungkin sudah diwanti-wanti sama oma untuk antar kita dengan selamat. Sembari jalan kita dah dah pada dua wanita cantik yang sudah nolongin kita.

Untuk menghibur hubby yang masih gak enakan, gua bilang mungkin mereka juga senang lho bisa membantu kita, keliatan banget antusiasnya. Dan mungkin juga jadi cerita seru buat kehidupan mereka yang tenang. Gua bayangin mereka cerita ke keluarganya, "Tahu gak, tadi kita hampir nabrak seorang wanita Asia dengan rambut awut2an yang nyegat kita bla bla............................" :)

Sungguh ironi yang menyiram sukma, sehabis melihat kekejaman antar sesama, kita mendapat kesempatan melihat kebaikan hati manusia yang langsung menyentuh kehidupan kita hari itu.

10 comments:

Arman said...

Camp nya ngingetin film schindler's list. Serem... Haha.

Aduh oma oma nya baik banget ya el... :)

Angel said...

Serem banget ya museum nya. liat foto2nya aja udah kebayang sadisnya dulu.

Oma2 nya baik bangetttt. Untung ya ketemu sama orang baik yg mau kasih tumpangan.Jadi punya pengalaman seru juga deh :D

Yulia said...

Lu cerita gini jadi inget haha.. kemaren gw ke Penang driving juga, trus gw naikin satu orang backpacker dari Korea. Cerita cerita ternyata dia lagi traveling keliling dunia 250 hari. seneng lho bisa bantuin orang dan bertukar cerita gitu :)

Unknown said...

kunjungan perdana, salam perkenalan ya ^_^

Anonymous said...

serem el... ga kebayang jaman dulu begitu itu...

Once in a Lifetime said...

@ Arman : Iya, oma2nya baik bener. Menghilangkan stigma orang Jerman yang dingin:P

@ Angels : Pengalaman seru dan tak terlupakan heheh

@ Yulia : Pay it forward jadinya ya Yul:)

Once in a Lifetime said...

@ ditokokita : salam kenal juga

@ dessy : Iya masa kelam dalam sejarah Des:(

Pinkbuble said...

Gw juga bacain jaman Nazi El..sambil sumpah serapah kadang, mikirin how 1 human playing God ngebantai orang yg ga berdosa gitu. trus gw juga baca2in orang orang yg selametin jew pada jaman Nazi itu..bless their heart.

Unknown said...

Halo Admin / Blogger :)

Saya sangat suka dengan postingan foto-fotonya :)
Perkenalkan, saya Dewi dari tim kumpulbagi. saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi foto-foto,video,menggunakan disk online yang lain dengan tujuan berbagi informasi ? :)
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

Anda bisa dengan bebas mengupload foto-foto,video dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

Terima kasih.

Salam.

Unknown said...

Ngeri deh klo tentang nazi apalagi inget holocaust.

Download film online

Post a Comment