Sunday, September 05, 2010

Life is A Series of Choices


Hidup itu pilihan. Ambil contoh saja untuk satu event makan siang pun sebenarnya cukup kompleks : mau makan di mana, pergi dengan siapa, naik apa , milih menu apa dan seterusnya. Jadi bisa dibayangkan sepanjang hidup kita tak terhitung lagi berapa pilihan yang telah kita buat. Kadang pilihan itu terasa begitu simple dan rasanya begitu benar, namun tak jarang kita dibuat dilema.

Salah satu dilema awal gua bermula saat co-ass. Untuk cewek cuek seperti gua sungguh naas hari pertama sudah bertemu dengan dr. Sal, salah satu dosen cowok separuh baya yang bisa dikatakan hobi sampingannya adalah penata gaya co-ass2 cewek baru yang masih polos belia. Dari warna lipstick sampai merek baju dia komentari, ampun gak sih? *sekali lagi buat yang belum ngeh, ini dosen cowok lho*.

Hari itu gua memakai sandal sepatu merek Buccheri yang sumpah enak bener makainya. Cuma dari penampilan yaaah, emang dengan sol tebal rata seperti bata gua akui emang tidak menarik hati. Sambil menerangkan tentang peraturan-peraturan rumah sakit, matanya berulang kali melirik ke arah sepatu gua tersebut. Karena kita duduk di auditorium yang bertingkat-tingkat, pasti susah juga menyembunyikan kaki. Jadinya gua cuma bisa menarik kaki mundur sejauh-jauhnya sambil berdoa kenceng jangan sampai gua jadi mangsanya hari itu.

Malang tak dapat ditolak, dia menutup ceramahnya dengan soal penampilan dan serta merta menunjuk ke arah gua,

Nah, kita lihat di sini dokter muda ini sudah representatif, rambut rapi, baju sopan tapi ada yang kurang matching, apa ya?

Seisi auditorium semua memandang gua yang sudah panas dan pasti merah mukanya seperti tomat. Bunyi kasak-kusuk menganalisa pun terdengar sana sini. Bisa dikatakan saat itu adalah momen paling memalukan dalam hidup gua. Pengen rasanya lantai terbelah dan dr. Sal masuk ke dalam bumi. *Gak rela dong, udah dipermalukan harus gua pula yang lenyap hi..hi..*

“ Ini, lho saudara-saudara. Lihat nggak sepatunya ini laksana sepatu Yesus berjalan di atas air…”

Langsung tawa riuh rendah membahana. Gua saat itu udah pasrah, malunya udah sampai titik tertinggi. Gua udah nggak tahu lagi apa yang beliau ocehkan dan bagaimana gua bisa tetap sadarkan diri dan berjalan keluar. Yang pasti setelah badai berlalu dan gua menyeret sandal gua yang rasanya seberat 1 ton itu, cowok terkeren sekampus mendatangi gua dan mengedipkan sebelah matanya, “Meskipun begitu, gua suka sepatu Yesusmu….”, bisiknya sebelum berlalu dengan teman-temannya. It totally saved my day:D

Setelah itu bisa dipastikan dong, gua pakai sepatu tertutup high heel tertutup. Rasanya sungguh tersiksa, jalan antara satu bangsal ke bangsal lain yang jauh, belum lagi kerjaan co-ass kadang laksana kacung yang harus mondar mandir mengambil hasil pemeriksaan di lab, penerus pesan dari dan ke poli, di beberapa bagian tertentu co-ass juga tidak diperbolehkan duduk melainkan berdiri seperti dayang-dayang di belakang meja praktek dosen. Biarpun sudah berganti-ganti merek dengan yang dikatakan orang merek yang paling enak, paling tidak menyakitkan tetap saja derita yang gua rasa. Emang kaki gua yang kurus bertulang, strukturnya tidak cocok dengan sepatu tinggi nan lancip. Kalau dengan sepatu sport sih gua nyaman banget, tapi gak mungkin dong buat ke RS?

Sampai suatu saat di bagian Penyakit Dalam, gua bilang sama diri sendiri : “Enough is enough.”. Selama tidak ada peraturan tertulis soal sepatu, gua mau memakai alas kaki yang tidak memperpendek usia gua karena stres dan kesakitan. Pilihan gua jatuh pada sepatu sandal yang masih manis dengan tali-tali yang berkesan feminim. Ternyata hari-hari berjalan lancar. Tidak ada sanksi, tidak ada pula yang mentertawakan bahkan tidak ada yang memperhatikan sebenarnya. Semuanya hanyalah akibat trauma dan ketakutan gua sendiri. Gua merasa bebas dan bahagia. Gak ada lagi rasa mengasihani diri kalau harus mengantar pasien untuk rontgen ke bagian radiologi yang jauh, gak ada lagi ngedumel-ngedumel dalam hati kalau ada pasien ngebel dan gua yang lagi istirahat harus memasang kaki ke dalam sepatu.

Setelah itu gua sangat menghargai sepatu yang nyaman. Tidak penting mereknya, tidak penting pula harganya. *tentu jangan sampai harga yang tidak masuk akal*. Gua pernah membeli ulang sepatu yang sama dengan merek, warna dan ukuran yang sama persis. Bukan cuma sekali lho tapi tiga kali!

Sahabat gua yang nemenin sampai gregetan dan marah-marah, “Ntar elo dikirain gak pernah ganti sepatu lho!” Gua hanya senyum-senyum sambil mengangkat bahu.

“Setidaknya ganti warnanya dong!”, bujuknya.

Saat gua diberi tahu tidak ada warna lain, gua tanpa ragu kok mengambil kembarannya. Gua emang suka jalan kaki, jadi pasti sepatu mudah lecet.



Kalau dalam kuis Arman ada kriteria pemenang sepatu buluk dengan penampilan paling mengenaskan dan bulukan, tak usah ragu lagi pasti si putih ini pemenangnya. Kasihan ya lihatnya, mana kulitnya sobek-sobek akibat tiap beberapa bulan disikat oleh mbak gua dengan penuh semangat. Gak betah dia melihat kedekilan sepatu ini, pas pula emang sepatu ini tipe yang bisa dicuci. Awalnya baik-baik saja, setiap dicuci selalu kinlong kembali seperti baru, tapi namanya juga sudah mulai uzur, gak sanggup lagi dia menahan gosokan sikat si mbak.

Si putih ini memang bukan yang menemani gua saat co-ass dulu. Tapi ia lah yang menemani gua saat hamil dengan perut besar harus tugas daerah naik turun ke daerah pegunungan menjemput pasien. Permukaannya yang datar empuk dan solnya yang kasar membuat gua merasa aman ketika itu.

Saat Denzel belajar jalan, gua dengan nyaman bisa mentitah dia keliling taman. Sampai akhirnya Denzel sudah berlari dengan liarnya di mol-mol, si putih ini pula yang gua andalin untuk ngejar tanpa gua takut keseleo. Dia juga yang menemani gua saat jalan jalan di Kuala Lumpur tahun lalu dan Bangkok awal tahun ini.*bisa dilihat di postingan foto gua ke Bangkok*

Kasihan melihat betapa uzurnya dia, kalian kebayang dong bagaimana surprisenya saat beberapa bulan yang lalu gua kebetulan menemukan kembarannya? Gembiranya tak terkira karena sepatu ini emang enak banget, jalan jauh juga tak menambah rasa capek, seperti my second foot skin aja pokoknya. Gua udah tak sabar menjalani pengalaman baru bersamanya. Mereknya pun tidak terkenal sama sekali. Gua emang nggak branded-minded tapi comfort-minded. Jadi Man, kalau Wondershoe itu emang enak dipakai, bisa dipastikan gua akan beli kembarannya dan kembarannya dan kembarannya lagi!!


Putih Senior dan Putih Junior

Intinya, ternyata satu pilihan bisa membuat hidup begitu berbeda, padahal bisa saja sebenarnya pilihan yang sangat sederhana. Tapi saat ketakutan apa yang akan dipikirkan orang, ketakutan tidak diterima, ketakutan ditertawakan membatasi pilihan kita, apakah kita akan melepaskan pilihan awal yang kita yakini? Gua sekarang akan menjawab dengan mantap tidak, karena gua sudah belajar melalui perjalanan yang panjang dan (kaki) yang menyakitkan. Bagaimana denganmu?

PS : Postingan ini dibuat untuk memeriahkan kuis ultah blog Arman yang ke-3:) Yang mau ikut silahkan klik link 'kuis Arman' di atas.

25 comments:

Cyntha said...

sama el, gw juga beli sendal yang sama merk n modelnya. malah tadinya gw mo ambil warna yg sama pula, sayang ga ada ukurannya, akhirnya gw ambil wrn itemnya deh :)

Amey said...

wah gw rasa lu pasti menang deh sepatunya heheheh abis ceritanya bagus banget *niat mo ikutan kuis jadi mengundurkan niat wakakkakaka ceritanya menyerah kalah sebelum berperang :P*

Once in a Lifetime said...

@ Cyntha : Oh, ya? Beneran enak ya, gua malah begitu ketemu mau beli 2 pasang sekaligus sesuai saran hubby buat ke dpn2, apa daya udah habis. Ini yang gua beli jg display he..he.. Moga2 dia produksi lagi ya!

@ Amey : Thank you.. Jiah, mana semangat elo Mey?? Jadi ingat gua yang menyerah kalah duluan pas kuis Dessy. Pemenangnya elo kan hi..hi..

Pitshu said...

huahhh.. g juga waktu itu ada sendal teplek, seumur2 itu sendal telpek yang paling g suka, dan cute juga, sayang na begitu yang satu itu rusak, g mau beli lagi udah ga ada :((, dan sekarang malah toko cabang satu2 na di jakarta udah tutup LOL

Journal Mommy Yenny said...

emang kalo sepatu/sandal (alas kaki lah ya) udah enak, biar kata butut, tetep aja disayang ya el...gue jg mau cari kembaran sepatu butut gue yg sekarang hahaha

Anonymous said...

Jadi si cowok terkeren itu sekarang di mana Lis? hahahhaha...
Gw coba2 zoom tapi gak kebaca merknya apa sih Lis? gw juga nyari sepatu yang comfort nih, jadi pengen nyoba :D

Maria Henny said...

Gue juga dulu waktu hamil Ashton pake buchery yang sampe skrg udah butut, dan model nya minta ampun deh El, model ncim-ncim wkwkwkk.
Tapi yah gue pilih nyaman dari pada kaki sakit ya. Wahh u bisa jd finalis nya kuis Arman El, kemungkinan juga bisa menang.
Cia Yoo ^^

mamipapa said...

wah itu dosen kok rese bgt yah...kalau dia gak suka sendal elo kan bisa aja dia blg kudu baju rapi bawahan rapi dan sendal juga yang sepadan...tapi kaga usah tunjuk2 elo pake contoh hehehe

untung terselamatkan muka sama coker yah eheheh (apa dia yg jadi papa denzel skrg?)

gw kalau beli model yg sama persis sih gak pernah, paling beli merk yg sama dan cari model2 lainnya..(pasti mirip2 sih modelnya)

mudah2an menang kuis arman yah :)

Veny said...

hebat juga yah kisah si putih lo ini , g pny sepatu ga ada kisah nya smua ha22
tapi g juga lbh milih sepatu/sandal yg comfort daripada yg tampak keren kinclong modis tapi cape dipake nya

Once in a Lifetime said...

@ Pitshu : He-eh, kalau dah yang enak dipake pasti pengen nyari2 lagi ya:)

@ Yenny : Ha..ha.. moga2 ketemu ya, Yen.

@ Yenny Lesly: Ntar gua liat dulu ya, Yen. Ga apal gua, belinya di dept store matahari.

Once in a Lifetime said...

@ Henny : Jangan2 model Buccherinya sama, Hen. Dia kan modelnya gitu2 aja wakakkkaa... Thanks ya:)

@ Felice : Emang udah banyak korbannya, Fel. Dia tuh bawel bin rese. Eh, baca gak ya beliao blog gua ini *parno dan kepedean* Hmm.hmm gua ralat ding, maksudnya terlampau perhatian ama anak2 didiknya ha..ha..
Pikir2 emang sayang kalau modelnya sama, tapi kadang biar 1 merek, beda type bisa beda kenyamanannya buat gua.

@ Veny : Adalah, Ven. Contohnya yang baru nemenin elo jalan2 ke Bali?

Belzy said...

wahahahaha....setujuuuuu...gue juga demen ama sepatu yang nyaman dikaki, yang biar dipake jalan jauh atopun lari ga sakit di kaki. Dulu jaman kerja yah lis, gue pake hak cuma pas di kantor, udahannya mah gue ganti pake sepatu sendal gitu, abis gue kan kudu nge-bis, mana di spore tuh kalo mo turun bis kudu di haltenya bener2, jadi mo ga mo gue harus jalan kaki...huehehehe.....
Btw, itu dokter gile aje ye masa komenin penampilan orang di tengah orang banyak sih...bujud dah ahhhh....huehehehe

Yenny - Fidel n Feo said...

sama dong El, kita comfort minded, emang kita bisa milih yah pake high heels yg keren2 n bikin kita keliatan tinggi, tapi pilihan gua juga tetap sendal comfort, mau itu teplek juga ga masalah, yg penting comfort.

Gua lg mo mosting sepatu tersayangku juga, tunggu yah, ini salah satu kandidat yg bisa saingan ama sepatu lue hahaha

Arman said...

hehe setia banget ya elu.. sampe beli sepatu dengan model dan merk yang sama... :D

apa gak sekalian lu langsung beli selusin el? jadi kalo rusak gak perlu nyari2 lagi. hahaha

Once in a Lifetime said...

@ Belzy : bener, kalau ke LN yang harus jalan kaki jauh gua suka takjub ada yang masih sanggup lari2 ngejar tram or bus pake high heels lho.

Dosen ini udah terkenal eksentrik. Bs tiba2 nyuruh teman gua pake lipstik selama stase di bagian spesialisasi dia karena dia bilang gak demen lihat cewek berbibir pucat, keterlaluan gak? Kalau di US udah kena sue dia!

@ Yenny : Ha..ha gua udah lihat Donna mu tersauang, bagus.. bagus saingan si putih nih:P

@ Arman : ho..ho selusin ntar gua pakenya bukan hanya buat ngejar Denzel tapi anaknya juga kali ya:))

@

jenzcorner said...

hahaha....kok gw ngga pernah notice ya spatu yesus lo. ntar kapan2 liatin ya. Gw doain menang deh... critanya bagus :)

Gw juga tipe yg rewel pake spatu, ngga kuat pake heels/spatu2 berujung runcing. skarang sih settle pake crocs & sendal putih datar yg beli di tanahabang dgn harga 30rb tp nyaman bgt, klo ke tanah abang lagi kayanya gw pengen beli stock beberapa biar kalo rusak ada gantinya. :p

Pucca said...

emang gak enak pake sepatu yang bikin sakit, kaki gua apalagi gampang lecet, kalo udah lecet tersiksa deh..
el, itu sepatu lu merk apa kali2 nti gua liat di mal gua cobain hahaha..

eny said...

Hi eliza, salam kenal ya... baru maen ke rumah lu nih :)

Hmm... gua juga kalo beli sendal ato sepatu kalo pas nemu yang confort bisa beli 2 pasang lho, tapi biasanya beda warna gitu, hehehe...

Masalahnya kaki gua itu gede el, no 41. kan jarang tuh sepatu cewe sampe 41. Jadi susaaaah pisan nyari sendal ato sepatu. Jadi ya nasib gua deh ga bisa milih2 model. Kalo pas nemu yang pas, enak, langsung sikat.ntar susah lagi nyarinya. huehuehue

Btw, gua ijin ngelink blog lu ya.. :)

Once in a Lifetime said...

@ Jenz : He..he.. pasti pernah lihat tp gak ngeh. Gua malah inget elo py sepatu item tertutup tp kata elo enak banget makenya, kalau gak salah beli di Bandung:)

@ Vio : Sama dong kita he..he..

@ Eny : Hai, salam kenal juga ya.. silahkan:)

Shanni said...

wah lo ngejar2 denzel pake sendal itu El? hebatt... gw sejak hamil micha sampe sekarang udah ga berani pake sandal berhak lagi. tapi kayanya sandal lo enak banget tuh. merk apa sih?

gw juga pernah lho mau beli sendal yang sama beberapa kali tapi kata laki gw ganti napa modelnya ntar kaya ga pernah beli sendal lagi hahahaha :D

Anonymous said...

"memakai sandal sepatu merek Buccheri yang sumpah enak bener makainya" >> hehe ini merk kesuakaan ibu saya banget deh :)

selamat ya mbak udah menang kuisnya mas arman!

khatsa said...

El,gw ♥ cerita nya. Congrats ya...ĦεεĦεε....ĦεεĦεε :p,gw jg hepi bangun pagi dapet email dari arman. Eniwei,crita u ada moral ceritanya,menarik banget. Oiya,kadang gw mau masuk blog u via kompi ga bisa nih,ada peringatan dr antivirus gw. Apa py gw aja ya yg macem2?. Oiya,nanti gw bakal ada postingan yg dedicated buat u,sehubungan perjalanan ke hkg. Ditunggu yaaa...

Anonymous said...

gua dulu waktu kuliah juga pernah ditegor dosen gara2 sepatu. jadi di kampus emang ada peraturan harus pakai sepatu, tapi seinget gua ga dibilang sepatu model apa...
jadi gua pakai sepatu bertali2 (sepatu cewek) dengan hak. gua rasa itu kategori sepatu deh...

eh ga tau'nya hari itu gua dipanggil dosen maju ke depan kelas untuk baca'in presentasi... hahahahaha...
baru gua jalan... belum mulai baca, dosen gua ngomong...

"besok2 harus pakai sepatu tertutup! ga boleh pakai sandal selop begitu... kalau ga pakai baju boleh!"

hahahahaha...

Once in a Lifetime said...

@ Shanni : Nah enaknya biarpun agak tinggi solnya tp tapaknya datar jadi gak masalah lari2, bahkan waktu ke Bangkok gua manjat tangga Wat Arun yang terjal dan sempit pakai sandal ini. Kadang biar merek sama tapi beda model belom tentu enak lho.

@ Nadiafriza : emang enak dan awet, tp yah modelnya dari 10 thn yang lalu kayaknya gitu2 aja he..he..

@ Khatsa : Masa sih?? hiks hiks.. kenapa ya, kalau gua sendiri sih gak pernah ada peringatan. Wah... apaan? jadi penasaran! btw congrats juga ya:)

@ dessy : dosen sableng, ha..ha.. masa dia bilang begitu? elo kuliah apa des, sekretaris atau PR ya?

AdeLheid said...

Hi2.. mampir.
Jadi inget adekku yg skrg jadi dokter juga pernah dijadiin contoh buat negur penampilan dokter2 lain diRS tempat dia kerja skrg. Dokternya bilang : coba kalian tiru gaya dokter jkt klo berpakaian. Akhirnya adekku malah jd ga enak hati ama yg lain.
Tp klo dokter pake heels rasanya agak gimana ya. Soalnya kadang disaat ada panggilan darurat kan mereka jg perlu lari2. Kalau disini dokter di RS pada pake sendal karet gitu. Cuek aja ketemu pasien ya tetep gitu. :D
Tp aku setuju klo sepatu itu kudu yg nyaman^^

Post a Comment