Monday, October 19, 2009

Pasien Idaman

Kalau lagi blogwalking, gua suka ketemu sanjungan maupun keluhan untuk dokter tertentu. Sebagai orang yang kita percayai dapat menyembuhkan segala penyakit kita (kuratif) , bahkan kalau perlu mencegah jangan sampai kita sakit sekaligus memperbaiki status kesehatan (preventif dan promotif) dan kalau udah terlanjur sakit, mencegah kerusakan menjadi lebih parah (rehabilitatif) pasti kita menaruh ekspektasi yang cukup tinggi pada dokter kita tersebut. *Kalau dosen public health gua baca blog ini dia pasti seneng ajarannya masih gua inget hahaha..*
a
Kalau sesuai harapan maka dokter itu akan jadi orang yang kita hormati dan senangi. Kalau sampai sebaliknya tentu kita bakalan kecewa, kesel, geram dan marah. Sah-sah aja, gua sendiri pun pernah jadi pasien kok dan tak jarang pula membawa anggota keluarga menjadi pasien:) Gua juga punya dokter idola dan ngedumelin dokter2 tertentu yang menurut gua udah melanggar sumpah Hippocratesnya!
a
Dulu nenek dari pihak bokap setiap berobat selalu membawa dua keranjang besar (yup, bener keranjang yang masih terbuat dari tikar itu) salak! Alasannya biar si pak dokter lebih memperhatikan dia, lebih ramah, dan paling penting lebih teliti! Waktu itu biar ortu bujuk bagaimanapun, oma bersikeras menenteng keranjang salak itu dengan menempuh 9 jam perjalanan naik mobil carteran dari kota kecil tempat dia tinggal selama itu. Akhirnya papa menawarkan diri untuk membeli buah2an di kota saja, oma menolak mentah-mentah karena menurutnya salak itu pilihan terbaik dari kebun salaknya, wong pedagang buah aja selalu rebutan membeli hasil kebun oma.
a
Waktu itu gua masih kecil jadi hanya manggut-manggut mendengar argumen oma. Terus terpikir kalau pasien2nya ada yang tanem salak, tanem pisang, tanem mangga lama2 si pak dokter bisa-bisa buka toko buah di samping apotik:) 
a
Setelah gua lulus jadi dokter ternyata sering juga dapet aneka bingkisan : mulai dari buah-buahan (gak ada yang ngasih salak sayangnya), kue, roti, tart, masakan, baju, baju Denzel, buku, ayam hidup dan angpao (saat PTT). Senang? so pasti.. Apalagi kue bikinan pasien, hmmmm rasanya enak tak terkira, gua rasa karena ada bumbu ketulusan dan rasa berterima kasih. Bahkan roti merk tertentu pun rasanya beda lho dibanding gua beli sendiri. Rasanya jauh lebih lezat. Pertanyaan selanjutnya: apa gua lebih ramah dan lebih perhatian sama pasien yang ngasih ketimbang nggak? Jujur gua jawab nggak. *Gua kan ramah pada semuanya :P* Lebih teliti? nggak juga. Gua selalu biasain teliti mulai dari awal praktek biar jadi kebiasaan yang gak bisa lekang dalam keadaan apapun. *masa??*
a
Sebagaimana para pasien memilah dokter menjadi dokter yang disukai maupun tidak; yang bakal sering dikunjungi lagi atau' kalau-perlu-tulis di blog-biar-temen2-gak-menderita-spt-gua' akan tetapi sebaliknya pernah gak kalian kepikir kalau dokter juga mempunyai harapan tertentu terhadap pasien maupun keluarganya? Berawal dari obrolan ringan di dokter lounge sampai curhat mengharukan dari temen-temen kolega gua mulai dari dulu pertama praktek bareng di klinik kecil pinggiran Jakarta  hingga sekarang di rumah sakit, hampir semua dokter juga pernah memiliki pasien idaman, pasien di atas rata-rata, pasien standar, pasien di bawah standar hingga pasien-tolong-jangan-balik-lagi-plisssss. 
a
Gua coba kumpulin aja yah. Ada anggapan-anggapan pasien tertentu yang justru membuatnya jauh dari kriteria pasien idaman. Sebagian pasien dan keluarga beranggapan mereka akan disukai, diingat dan dirindukan jika:
1. Punya duit
Banyak pasien takut diremehkan oleh dokternya, takut kalau dianggap kere maka pemeriksaan hanya setengah-setengah. Padahal kalau diperiksa setengah2, tarif dokter gak diskon 50% kan? Maka sibuklah ia  dengan cerita bahwa ia adalah seorang direktur, punya perusahaan, punya bisnis beromzet bla..bla...bla yang hanya membuat dokter tak bisa konsentrasi.
a
Seorang teman gua dengan pongah berkata pada seorang dokter obsgyn di Indonesia yang kebetulan pernah menangani kehamilan gua juga. "Dok, asal tahu ya, selama ini saya tidak pernah berobat di Indonesia. Dokter yang pertama saya kunjungi." seraya mengeluarkan hasil pemeriksaan USG, lab seabreg2 dari negara jiran Singapore. Perkataanya hanya menyiratkan dua hal bagi si dokter: Pertama, dia mampu  ke LN dan sudah operasi segala macam. Kedua: ini pertama kali gua percaya lho ama dokter Indonesia, awas kalau sampai salah. Tak heran si dokter idola gua karena super perhatian dan super ramah menurut gua bisa tiba-tiba berhenti tersenyum, mengumpulkan hasil-hasil pemeriksaan dan menyerahkannya balik sambil bilang : Silahkan balik saja ke LN utk meneruskan pengobatan. Gua pun tak kuasa untuk membela teman yang satu ini.... Teman gua merasa kaget bukan kepalang, menurut dia, dia hanya ingin membuat si dokter merasa terhormat sudah 'terpilih'.
a
Hal yang tak kalah penting adalah lebih baik jujur, kalau memang dana untuk berobat hanya tersedia segini jangan dibesar2kan atau jangan dikecil2kan. Untuk penyakit kronis tertentu butuh terapi yang kontinu. Percuma membeli obat mahal tapi hanya bisa sekali tebus, lebih baik obat yang lebih ekonomis tp masih salah satu yang terbaik yang bisa direkomendasikan dokter dan bisa terus menerus diberikan.
a
2.Tunduk sepenuhnya
Gua pernah beberapa kali ketemu pasien type begitu. Apapun yang kita katakan maupun sarankan semua dianggukin. Takut kalau dibilang ngeyel, dibilang sok tahu padahal ada bedanya lho antara pasien kooperatif dengan hanya tunduk saja. Pengalaman gua kalau memberi penjelasan biarpun sebisa mungkin sudah dengan bahasa awam, sepelan dan sejelas mungkin tetap ada kemungkinan pasien tidak mengerti, tapi mereka selalu jawab sudah paham. Makanya suka gua balik setelah gua jelasin, jadi menurut ibu/bapak sakitnya apa? atau Oh, ya coba ibu/bapak jelasin balik ke saya cara minum obatnya tadi bagaimana? Melihat tampang polos melongo atau memelas gak jadi kesel deh, biasanya juga diulang lagi penjelasannya.
a
Saran gua, tanya, tanya dan tanya! Mau pasiennya rame kek, antrian udah mengular di luar, suster udah bersiap-siap ngantar keluar tetep aja tanya kalau belum mengerti. Karena kalau elu sampai salah tangkap atau mengira-ngira sendiri, kesehatan yang elu korbanin gak ada gantinya, nah rugi sendiri kan?
a
Tapi ya biar tidak menyita waktu pasien lain terlalu banyak mohon persiapin pertanyaan sebelum masuk ruang praktek, kalau takut lupa bisa bikin catatan dulu. Jangan bilang : "Dok, sabar ya ini bener-bener pertanyaan terakhir deh, tadi kan baru nanya 8 pertanyaan kan? Apa, oh udah 21? Apa ya?? duh tuh jadi lupa deh, tapi penting kok, sabarrrr ya dok saya pikir2 duluuu...."
a
3. Pintar
Kalau ini ada benarnya. Gua tuh demen pasien yang udah mempersiapkan diri, misalnya udah baca buku tentang penyakitnya, udah browsing-browsing internet, udah diskusi ama sesama penderita etc. Tapi kalau sok pintar? amit-amit deh, untuk semua dokter ini pasti termasuk kategori terakhir pasien di atas. Sok pintarnya kadang bukan dari ilmu yang benar lagi tapi dari hasil tanya toko obat, yang jagain apotik hingga hasil ngobrol2 dgn ncim2 jualan di pasar. "Dok, obatnya saya berhentiin soalnya kata si tukang apotik, obat itu bukan utk X tapi Y" Padahal 1 jenis obat kadang dipakai untuk beberapa indikasi. Pusing gak coba. Kalau tidak jelas atau khawatir tanyakan pada kunjungan berikut, jangan mengambil keputusan sendiri.
a
Pasien yang terlalu pinter matematika juga memusingkan.  Misalnya karena kemarin ia dapat obat A 10 mg, sekarang diganti obat B 50mg langsung berteriak2 :" Nggak mau, berarti penyakit saya makin berat ya? kok kemarin 10 mg sekarang 50 mg. Nanti ginjal/lever/otak saya rusak." Dijelasin bahwa itu obat yang berbeda dan tidak bisa dibandingkan mg nya, tetap ngotot.  Akhirnya gua bilang aja :" Kalau gitu jangan suka minum Panad*l ya pak, isinya kan paracetamol 500 mg, 50X lipat lebih kuat lho. Hati-hati ginjal/liver/otak rusak." Setelah terpana sebentar si bapak langsung tersipu-sipu :" Bener juga ya, dok"
a
Atau nih pasien kolega gua yang ngatur dosis seenaknya, karena merasa ada sedikit efek mengantuk, pasien membelah obat dan langsung tidur dengan sukses 24 jam! Obat yang canggih itu adalah tipe XR (Extended Release)  yang dikeluarin perlahan2  selama 24 jam jadi kalau sampai dibelah kapsulnya langsung diserap dalam waktu sesingkat2nya dan dibuang dalam waktu singkat pula, Jadi kadar obat dalam darah emang sempet tinggi tapi turun drastis, selain tidak mencapai efek pengobatan, efek samping ngantuknya juga menjadi-jadi.
a
4. SKSD
Gua seneng bisa deket sama pasien, bahkan ada yang udah kayak temen lho. Tapi yang gua sebelin sebenarnya gak deket tapi berusaha memproklamirkan bahwa dia deket. Contohnya mama pasien gua yang memang sudah separuh baya, ia ngotot mau panggil nama gua aja baik selama telpon nanya2 ttg penyakit anaknya maupun saat konsultasi. Katanya anaknya seumuran gua soalnya. It's ok. Tapi yang bikin gua shock waktu di lorong rumah sakit ada yang manggil dengan lantang :"ELISSAAAA!!!" Dalam hati gua pikir karena gua prakteknya sebelahan ama dokter anak, wah ada yang kasih nama anaknya Elisa jaman sekarang, keren dah kirain nama itu udah punah. Tapi kayanya si anak Elisa ini rada budek atau nakal kali ya soalnya mamanya manggil2 terus makin lama makin keras sampai semua celangak celinguk. Sampai akhirnya tante tersebut menepuk bahu gua : " Haiya, Elisa kok dipanggil gak nyahut2!" OMG! Terserah deh mau nyebut gua jaim atau apa, gua mau hilang aja waktu itu soalnya orang2 seisi ruang tunggu melongo liatin kita.
aa
Terus untuk cowok yang ke dokter cewek atau sebaliknya ya cewek yang ke dokter cowok, jangan memuji berlebihan tentang kecantikan/ kegantengan dokter tersebut apalagi yang tampangnya biasa2 kaya gua pasti merasa si pasien cari muka banget deh, rasanya kurang etis aja kali ya.
a
Gua kalau dipuji yang aneh-aneh malah merasa dilecehkan dan merasa dijadikan obyek alih-alih senang, kalau pujian tulus dan sepintas lalu ngga masalah. Kita kan bisa ngerasa juga.. Pengalaman yang gak bakal gua lupain di mana  ada suami pasien di depan istrinya tiba2 ngomong begini, :"Dokter cantik banget ya, lembut pula ngomongnya nggak kayak istri saya mulutnya kayak mercon. Dokter udah punya suami? Bilang tuh suaminya beruntung banget dapet istri kayak dokter." Gua rasa pulang2 si oom ini tidak hanya dapat serangan mercon tapi sekaligus bom atom!
a
5. Cerita yang menurut dia pengen didenger si dokter
Artinya menutup-nutupi a.k.a gak jujur a.k.a bohong.  Sembilan puluh persen pasien gua pasti menurunkan jumlah rokok yang diisapnya, ketahuan kalo gua cross-check ke keluarganya. Jangan kalau ditanya, :"Merokoknya berapa banyak pak hari ini?" "Anu, dikit kok dok paling 5 batang....." kemudian diteruskan dalam hati "..sejak duduk di ruang tunggu". Gak bohong lho dok:)
a
Pertanyaan yang paling banyak dimodifikasi jawabannya adalah frekuensi berolah raga, pola makan dan keteraturan minum obat. Lebih baik jujur sejujurnya dengan risiko diomel-omelin (percaya deh kalau masih diomelin berarti dokternya masih sayang) daripada menutupi kenyataan. Atau karena takut mendapat diagnosa penyakit yang 'seram', menutup-nutupi gejala. Karena akibat detail yang elu anggap gak penting bisa saja merupakan kepingan puzzle yang hilang dalam diagnosa, pemeriksaan maupun pengobatan. 
a
6. Jangan sampai komplain ttg si dokter (..ntar aja di belakang)
Ini cerita terbanyak dari teman-teman GP (general practitioner/dokter umum) gua yang tugasnya di depan gawang alias di bangsal perawatan. Kalau dokter spesialisnya belum datang, mereka ngeluh terus tentang dokter tersebut, dari yang datangnya telatlah , gak kasih penjelasan yang jelaslah , gak mau dengerinlah  etc etc. Karena GP relatif kan masih muda jadi mungkin lebih enak dicurhatin sekalian diomelin. Anehnya begitu dokter yang udah didumelin pagi  siang malam tersebut muncul baik pasien maupun keluarganya diam seribu bahasa, cuma bisa tertunduk2 ramah menghadapi kharisma dan kewibawaan sang dokter tenar. Saat ditanya adakah yang mau dijelaskan atau kurang mengerti serempak menjawab :   " Sangat jelas, terima kasih banyak pak dokter." Tinggal si GP yang gigit jari saking dongkolnya. Kadang iseng mereka suka  nyelutuk : "Tadi komplen ttg dokter, dok" langsung disanggah habis2an. Haishh, kalau ada yang mau dikomplen langsung aja ke dokter ybs. Siapa tahu ia emang pantas dikomplen, syukur2 bisa introspeksi, yang untung kan pasien juga??
a
7. Orang penting ( yang tandanya nerima hp tak henti-henti)
Mungkin mau nunjukin bahwa dunia bisa berhenti berputar kalau dia menahan diri tidak menjawab handphone walaupun cuma 15 menit. Seorang kolega senior yang sudah ternama bercerita dia baru saja mengusir pasien yang menerima handphone saat diperiksa. Si pasien dipersilahkan menerima telpon mahapenting di luar dengan konsekuensi pasien selanjutnya masuk duluan. Fair dong? Masa membiarkan pasien-pasien lain menunggu ia bertelpon ria. Tentunya para dokter juga harus menahan diri bersikap sama, tidak menerima telpon yang tidak penting atau memangkas sesingkat mungkin. Masalahnya justru pasienlah yang sering menelpon dan karena merasa penting tidak mau percakapannya dipangkas. Duh, pusing lagi !
a
Gua yang belum seberani kolega gua hanya bisa melototin pasien gua, seorang cowok usia 30 an yang selagi konsultasi menerima telpon dari mamanya. Bukannya mengatakan bahwa ia sedang di ruangan dokter, ia malah asyik bergosip dengan mamanya tentang hal remeh temeh yakni si anu mengata-ngatain mamanya begini, kemudian ia menjawab begitu. Bolak balik begitu. Plisss deh. 
a
8. Ingetin kesejahteraan dokter berasal dari koceknya.
Nggak usah diingetin semua dokter juga tahu, mereka memberikan jasa, menjual jasa. Kadang-kadang sebagian pasien maupun keluarga pasien VIP dan VVIP, kalau perlu VVVIP (nggak semua sih) yang menuntut habis-habisan service yang diterima harus sebanding dengan uang yang dikeluarkan. Sebenarnya otomatis pastilah, wong kamarnya aja bisa buat arisan, perbandingan suster dengan pasien juga lebih kecil, layar TV LCDnya lebih besar, makanannya lebih enak etc tapi kalau pelayanan si dokter mah sama aja kan? Apa pasien kelas 3 hanya diperiksa paru tapi tidak jantungnya, pasien kelas 2 diperiksa 3 menit, pasien VVIP 30 menit. Silahkan laporin ke Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) kalau ada. Lama tidaknya pemeriksaan biasa lebih kepada kompleksitas penyakit yang diderita dan progresivitasnya. Kalau penyakitnya kronis otomatis pemeriksaan tidak selama pada pasien akut yang dalam hitungan jam bahkan menit fungsi organ bisa berubah.
a
Gua pernah selagi hendak memeriksa pasien VVIP, sang suami pasien bertitah kepada anak cucunya untuk minggir memberi tempat buat gua. Ujarnya dengan keras. " Jangan sampai 250 rb sehari utk dokter ini terbuang percuma." Hati gua mencelos, rasanya sedih banget. Waktu itu gua baru selesai spesialisasi, masih hijau dan belum terbiasa menghadapi pasien 'kaya'. Setahu gua pasien-pasien di RSCM miskin duitnya tapi kaya senyum, kaya hatinya, kaya ketulusannya. Memang akhirnya suami pasien ini berangsur-angsur semakin ramah dan paling rajin mengantarkan istrinya untuk kontrol. Gua anggap aja waktu itu dia sedang stres memikirkan penyakit istrinya. Tapi cerita dari teman-teman kolega membuat gua semakin 'kebal'. Semuanya pasti pernah mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mulai sindiran hingga limpahan amarah. Biasanya yah,  semakin berpendidikan atau semakin bijaksana (Bijaksana gak mesti sekolah tinggi kan?) pasien,  semakin nyaman hubungan dokter-pasien. 
a
Sebagai informasi, banyak dokter yang rela tidak menerima honor dari pasien tidak mampu. Banyak dokter juga yang merujuk pasien 'sulit' buat kolega yang dianggap lebih sabar. Sulit bukan kasusnya sulit tapi kepribadiannya lho. Mereka rela kok tidak menerima honor apalagi kalau dirasa honor tidak diberikan tulus. Dalam hak dan kewajiban dokter disebutkan, boleh seorang dokter menolak seorang pasien dan merujuknya asalkan tidak dalam situasi emergency atau tidak ada dokter lain. 
a
Terus sesuai judul postingan gimana dong jadi pasien idaman. Harap simpulkan sendiri aja ya dari point2 di atas. Intinya adalah asertif dan kooperatif. Bisa merasa bahwa ia adalah mitra dari sang dokter jadi memiliki motivasi dan komitmen untuk bersama-sama mencapai target pengobatan yang sudah direncanakan *wah khas bahasa yang digunakan waktu rapat depkes hehe*
a
Duh, panjang banget postingan gua kali ini. Mudah2an tidak bosen bacanya. Sekedar cerita dari sisi gua dan teman-teman kolega, mungkin kelihatan berat sebelah ya, silahkan kalau mau dicomplain atau dikomplitin:) 
a
Sebenarnya masih banyak banget cerita2 yang gua dapet dari temen2 kolega tapi kapan-kapan dipostingan berbeda aja ya:)

28 comments:

Mommy Axel said...

nice post. Hahhaa.. Ternyata ya, begitu cara berpikir dokter. Uhm.. emak gua juga tuh ya, kalo ke dokter, bawelllllll banget. wakakka.. pernah sekali disuruh diem ama dokternya, kata dokternya, "bentar ya Bu, saya lagi ngitung resep". Haha.. gue inget tuh, dokter Gunawan yang praktek umum/ anak di Mangga Besar. Jadi dokternya takut salah ngitung takaran obat, kagak konsen, diajak ngomong mulu.

Btw, lu tinggalnya daerah Gading ya Lis? Ada FB ga? Hihihi.. mau ngundang event nih. :p Sekalian kopdar-an emak2 blogger.

Mamana Clo said...

dulu pernah bawa clo ke dokter anak untuk masalah alergi, karena gw gak setuju ama treatment yg dianjurkan tu dokter bilang: ibu jangan banyak baca deh...

hahahhaa.. emosi tuh dokternya...

Mey said...

duuuhhh...curcol seorang dokter :)
nice share..jadi tau gimana dari sisi dokter pandangannya ehheh..
ada-ada ajah yah pasien2nya yg aneh-bin-ajaib :p

Ratusya said...

mba elisa, pakabarrrr? maab baru sempet mampir dimarih ^^.

postingan dikau kepanjangan? ah engga juga tuh.. tapi tentang pasien yang jago matematika itu lucu banget... sempet2an ya mikir kaya gitu? xixixi...

miss you mbaaaa....

Veny said...

lis
g malah pengen tau sbg dokter ce , apa lo perna diganggu pasien co ? gimana lo menyikapi nya ?

Selvi said...

Gua termasuk pasien yang penurut loh. Kalau kata dokter pantang makan ini dan itu, gua turutin. Trus rajin minum obat kalau sakit. Gua nga pernah protes ke dokter, kalo pun sebel biasanya ngedumel dalam hati aja. Tapi kayaknya sangat jarang sekali.

Tapi kalau udah sembuh, nga pantang makan lagi.

Postingan yang bagus. Ditunggu ceritanya lagi. Gua suka baca cerbung soalnya

Anonymous said...

wow, ternyata dokter ya? dokter umum ya?
Lucu juga ya cerita tentang oma dan pengakuan cucu skrg stelah jadi dokter.
Waktu pas kecil pernah ke dokter umum, ingetnya cuman diperiksa sekitar 2 menit, terus dikasih prescription selesai. Ga ada advise atau apa gitu.. Kesannya dokternya pelit.. khan harusnya ada greeting apa gitu, terus at least kasih gambaran penyebab penyakitnya, saran terus ngucapin cepet sembuh gitu.. he he..

Once in a Lifetime said...

@ Elsiey : Thanks,el. Biasalah kalau emak2 agak cerewet, itu mah nggak ganggu kecuali kalau lagi hitung resep, apalagi anak2 bisa gawatz:) Asyikkk, kapan el? Krm email elo ke once_alifetime@hotmail.com aja, ntar gua yang add.

@ Xiao : haha,padahal tinggal memberi penjelasan ttg apa yang dibaca elo, emang kadang takut pasien salah mempersepsi dari apa yang sudah dibaca. Atau jgn2 takut disaingi ilmunya ama elo? Kalau gua gak pernah dengar ttg yang dibaca pasien di internet atau mana gitu, gua bilang aja belum pernah dengar dan akan cari tahu. Pasien jg lebih menghargai kejujuran dokternya, gak boleh dong sampai emosi.

@ Mey : Bener nih curcol gua:)Sama kali, Mey, nasabah bank pasti ada yang ajaib jg kan?

Once in a Lifetime said...

@ Ratu : thanks lho udah mampir, lagi sibuk2nya kan:)Iya, pasien kalau soal dosis banyak yang itung2an sendiri.

@ Veny : kayaknya semua dokter cewek pasti pernah ngalamin deh. Mulai dari yang keukeu manggil gua suster, yang ekshibisionis sampai yang sok merayu.Nothing serious sih. Yang penting kalau sama pasien seperti itu tegas aja nanti biasanya dia malu atau bosen sendiri karena gak ada tanggapan.

@ Selvi : wah, elo salah satu pasien idaman nih:)

@ Wil : haha.. dokter jaman gua kecil juga pada pelit ngomong lho, apa mereka sepakat jaim???

Arman said...

iya kalo namanya interaksi antara 2 manusia emang pasti ada aja lah yang gak cocok gitu ya... bukan cuma hub dokter pasien doang, tapi ya hubungan apapun juga...

namanya juga sifat orang beda2 jadi ada yang bisa diterima atau gak. yang penting menurut gua sih jangan sampe keterlaluan aja.

misalnya kayak kalo lagi konsultasi ama dokter tau2 malah telponan, ya ini mah gak tau etika ya... gak sopan banget... :D

btw lu spesialis apa lis?

Anonymous said...

waww..tau gak lu lis, sepanjang baca postingan ini, gua kok ngebayangin lu itu seperti mira w ya? dia dokter juga kan? dokter yang jago nulis...hahaha..

kalo v.lestari dokter juga kan ya?
napa ya banyak pengarang2 yang gua suka tuh ternyata dokter..
gimana kalo lu jd pengarang novel juga lis? hahhaa...

iya nih, gua juga pengen tau, lu ambil spesialis apa sih?
tus, kok gak prnah liat foto lu di blog sih? hehe penasaran aja..

oiya, kalo gua termasuk pasien cerewet, kayanya bukan pasien idaman para dokter deh, soale gua kalo diruang praktek mrepeett nanyaaa mulu, ya mirip2 cerita lu ttg pasien yang nanya2 bawa catetan itu deh ...wakakaka...

btw, gua saluuutt banget deeh ama elu..
soale dulu gw bercita2 pengen jadi dokter, apa daya tak kesampean haha..

jenzcorner said...

hahaha.. klo sopi sih termasuk pasien sok tau. Tiap kontrol ke dokternya selalu ngajak ngobrol dokternya ttg obat2 terbaru hasil search di internet/nanya di milis yg mungkin di Indonesia blom ada.

Sebaliknya dokternya tipe yang kumur2 bgt.. kalo ditanya jawabnya kaya kumur2 gitu.. kudu dengerin bener2 dia ngomong apa. :)

Yenny - Fidel n Feo said...

Habis baca jadi tahu gimana kesan & pesan dokter kalo menghadapi pasein. Jadi ke depannya ada sedikit panduan untuk konsultasi ke dokter hehehe.

Emang kadang banyak pasien yang aneh2 yah...jangankan dokter, kadang kalo lagi antri nunggu aja sering ketemu sesama pasien yang aneh2.

Once in a Lifetime said...

@ Arman : Bener, man. Tambahannya adalah pasien dan fam umumnya ketemu dokter dalam posisi vulnerable, memerlukan pertolongan medis so pasti berharap sang dokter memberikan yang terbaik. Nah, kalau dokternya tidak peka dan berempati, pasti kerasa banget ama pasien kan?

Sebaliknya ekspektasi berlebih dari pasien kadang membuat sifat manusiawi dari sang dokter menjadi sebuah kesalahan, ketidaksempurnaan dicap sebagai kelalaian. Komunikasi di sini berpotensi menjadi miskomunikasi.

Justru terima telpon itu yang paling sering frekuensinya bagi gua dan teman2, yang kedua tersering adalah minta waktu untuk baca dan balas sms, cape deh:)

@ Natalie : Mira W bener dokter, Marga T juga meski akhirnya konsen sbg pengarang. Gua jg demen bacanya. Waktu remaja bisa sampai ikutan nangis kalau ceritanya sedih2, sampe bokap yang ngeliat langsung ngancam mau membuang novel itu, habis sudah membuat putri kesayangannya sedih:)

Salah satu pengarang yang gua idolakan lagi tuh Michael Crichton. Dia itu dokter/ pengarang/ sutradara/ kreator film dan film seri spt ER, Jurassic Park, DIsclosure etc. Buku2nya juga keren habis, banyak yang ditulis mendahului jamannya misalnya doi tuh udah nulis soal mutasi DNA, kloning de el el sebelum ada penelitian luas ttg hal2 tsb. Sayang keburu meninggal thn lalu,hiks.

Cita2 gua dulu banyak tapi sama sekali bukan dokter. Selain jadi arsitek pengen juga jadi pengarang. Namun apa daya, gua hangat2 tai kebo dan kurang berbakat, kalau ngarang cuma bagus di depan, menjelang ending mati gaya deh, jadi karangan yang gua rencanain mau kirim ke Gadis, Anita Cemerlang bahkan Bobo pun gak pernah terlaksana xixixi

Sekarang sih nyoba kirim artikel doang ke majalah kesehatan populer dan tyt lebih gampang nulis faktual daripada fiksi.

Kalau gua malah berasa elu lagi yang cocok jadi novelis, postingannya ok2:)

@Arman & Nat : spesialis apa? Itu kan salah satu pertimbangan pertanyaan kuis gua *belagu nih*, mau tebak sekarang juga boleh, tp cuma boleh sekali:)

Once in a Lifetime said...

@ Jenz : Lha, gak pa pa dong. Kan bagus si Sop pengen tahu ttg terapi penyakitnya. Kalau sama dokter yang senang diskusi ttg terapi2 terbaru bisa seru jadinya *tapi gak pake acar kumur2*

@ Yenny : hehe.. panduan yang jauh dari lengkap lho. Soalnya tiap dokter kan juga punya nilai dan budaya berbeda. Ini yang gua kumpulin yang kira2 banyak dirasa sama kolega lain juga.

Btw soal antar pasien sendiri pun seru, ada yang berantem2an pengen masuk duluan sampai yang akhirnya jadi karib:)

mamipapa said...

hahah gw baca sampe ngakak, yg elisaaaaa hahahaha

gw tmsk jarang ke dr sih...dan type jarang tanya2..pdhl kdg suka banyak mau tanya

gw jd penasaran dr apa yah loe..apa dokter spesialis paru2? atau penyakit dalam? atau internist? heheheh

gw juga suka tuh baca mira w marga t tp lebih suka mira w lebih mendunia...kl marga t lately suka aneh ceritanya hehehe

jenzcorner said...

Gw boleh ikutan nebak lo dokter apa? klo menang hadiahnya apa? ;))

Selvi said...

Gua tau elo dokter spesialis apa? Maklum gua kan kerja merangkap jadi sekretaris jadi harus mencari tahu apa aja yg dibutuhkan.

Tapi gua nga jawab sekarang, tunggu ada kuis dari elo. Gua pasti jadi pemenangnya. Yakin 100% deh.

Y3nn1 said...

baru tahu ternyata dokter2 punya pasien favorit juga hahahaha....dokter juga manusia *hampir lupa konteks ini, selama ini terlalu mengagungkan dokter*

Once in a Lifetime said...

@Felice : iya tuh, Karmila kan bagus banget ya tapi pas baca sekuntum nozomi gua ngomelin terus figur2 di dalam, habis agak naif dan plotnya rada gak masuk akal. Silahkan ikut kuis menebak:)

@Y3nn1 : Dokter juga manusia... *ikutan nyanyi*

@Jenz and Selvi dilarang ikut dan dilarang spoil the game... Gua juga tahu kalian kerjanya apa, tgl lahirnya kapan, kalo di FB mainnya apa wuaha..haha *tawa puas intel*

Selvi said...

Hiks hiks melayang deh voucher makan di Leko.

Next time gua diperbolehkan ikut kuis yah.

Please?!

Pucca said...
This comment has been removed by the author.
Pucca said...

el, lu kereeeenn :D
ternyata selain kita yang punya dokter fave, dokter juga gitu toh hehe.
tapi gua gak termasuk di poin2 lu itu kok, gua mah pasien yang baik dan menyenangkan hahaha :D *kepedean*
iya el lu spesialis apa, nti gua ke tempat lu aaaaah :D

Windy said...

Hi, Elisa.. salam kenal ya :)

Hahaha.. keluhan elu garis besarnya mirip2 kayak yang suka diceritain suami gue :D
my hubby is a doctor too, kadang2 denger dia cerita ttg pasien, lucu juga.. ada yang ngeselin, ada yang lucu, ada yang bikin bete, tapi ada juga yang baik, hehehe...

Once in a Lifetime said...

@ Vio : Thanks, vio:) Kayaknya wlo pasien idaman semua dokter deh he..he.. Wah tambah lagi peminta kuis:)

@ Windy : Salam kenal juga ya, Win. Nah ayo coba diposting ttg pengalaman menjadi istri TS, apa suka jealuos kalau ada pasien cakep yang telponin hubby atau kalau hubby punya suster yang cakep he..he..

Anonymous said...

seru banget ibu dokter..hehe..biasanya kita pasien2 si rata2 bawel ya..hehe..tp keren bener tnyata dokter jg sama mikirnya..hehe..ca yo ya buat ngadepin pasien2 bawel..hehe praktek dPIK ya:D

naki said...

wah baru tau lho kalo ternyata dokter :D

bandit™perantau said...

hehehe...
seru juga ternyata jadi dokter ya...
Pernah bercita-cita jadi dokter, gara-gara diremehkan org lain, tapi gak kesampean..!

keep postinglah..

Horas..!

Post a Comment